Selasa, 01 Maret 2016

Mencari Teman yang Baik atau Menjadi Teman yang Baik?

Assalamu'alaikuum...

First post on March yaa hihi.

Well, mau cerita lagi nih. Sebenernya bukan cerita Ofi sih, tapi cerita teman hehehe.

Jadi, beberapa hari yang lalu, salah satu teman Ofi cerita tentang masalah dia dan teman-temannya. Disini, Ofi gak akan sebutin nama asli dari mereka, karena Ofi menghindari ghibah. Dan semoga, kita bisa sama-sama ambil pelajaran dari cerita ini.

Sebut saja Saras. Saras memiliki teman sejak ia duduk di bangku SMK, bisa dikatakan mereka sangat dekat. Sampai beberapa tahun setelah lulus pun, mereka tetap menjaga silaturahim yang baik.

Sampai suatu ketika, Saras melakukan kesalahan yang tak disengaja. Saras pergi ke Puncak bersama beberapa teman kuliahnya. Sedari awal perjalanan, salah satu teman Saras memberi obat agar ia tidak merasa lelah selama di perjalanan, mengingat perjalanan Tangerang - Puncak menyita waktu kurang lebih 3 jam. Setelah minum obat tersebut, Saras memang tidak merasa lelah sedikit pun.

Saras pikir, obat yang diberi teman Saras adalah vitamin penambah stamina biasa. Namun ternyata, obat tersebut termasuk dalam daftar obat terlarang. Dan teman SMK Saras mengetahui hal tersebut.

Mengetahui hal tersebut, teman-teman Saras menegur dengan membahas hal ini di grup BBM. Saras merasa tersinggung karena teman-temannya menilai tanpa memberi Saras waktu untuk menjelaskan kronologi yang sebenernya.

"Gue gak ngerti sama lu yang sekarang, Ras. Makin ancur aja pergaulan lu"
Kurang lebih seperti ini penilaian mereka tentang Saras.

Disini, Ofi gak akan membahas obat yang diminum Saras, tapi tertuju pada sikap teman-teman Saras yang Ofi rasa kurang tepat.

Teman-teman, terkadang kita lupa bahwa kita hanya manusia biasa. Manusia yang tidak sepenuhnya sempurna, yang sangat mampu melakukan salah. Begitu pun Saras. Saras hanya manusia biasa. Bahkan kesalahan seperti ini bukan hal yang ia sengaja.

Sebagai teman, memang kewajiban kita untuk menegur saat teman yang lain melakukan kesalahan. Tapi, caranya harus yang baik, lembut, dan tidak menyudutkan. Jangan marah-marah dan langsung menuding bahwa 'dia' salah tanpa mencari tahu bagaimana kejadian yang sebenarnya.

Bertabayyun itu penting. Mencari tahu kebenaran sebelum menilai dan menyebarkan suatu kabar. Mengapa? Karena, kabar yang salah jika ditelan mentah-mentah dan disebarkan akan menimbulkan fitnah. Dosa yang didapat pun akan berlipat ganda selama kabar tersebut masih menyebar.

Lalu, bagaimana menyikapi & menegur teman yang salah?

1. Bertabayyun. Seperti yang Ofi katakan tadi, mencari tahu kebenarannya terlebih dahulu. Cukup dengan mendengarkan penjelasan dari teman yang melakukan kesalahan. Jangan langsung menilai tanpa mau mendengarkan penjelasan yang sebenarnya.

2. Jika teman kita memang salah, tegurlah dengan lembut. Semisal dari kejadian Saras :
"Kok lu gak cari tau atau tanya-tanya dulu sih, Ras? Lain kali, jangan gitu lagi. Nanti kalo nagih gimana?"

3. Memposisikan diri. Kalau ada teman yang salah, coba untuk membalikkan posisi. Kamu yang menjadi temanmu. Tapi jangan asal "gue sih kalo jadi dia bla bla bla", karena kita tak akan sepenuhnya memahami suatu peristiwa jika kita tidak berada di posisi tersebut. Setelah kita membayangkan berada di posisi teman kita yang salah, kita akan dapat lebih bijak untuk memberi nasihat.

Intinya, jangan asal menilai dan marah-marah, sedangkan kita tidak mengetahui kejadian sebenarnya.

----------

Terkadang kita juga sering berpikir "berteman dengan siapa saja". Tapi, sadar atau tidak, teman sangat berpengaruh pada lingkungan kita. Iya, berteman memang boleh dengan siapa saja. Rasul pun tidak memilah-milih dalam hal ini.

Tapi, jika temanmu buruk, yakin kalau kamu gak ikutan jadi buruk? Yakin kamu bisa membawa temanmu untuk menjadi lebih baik? Atau justru kamu yang terseret arus buruknya?

Simak penggalan hadits dan ayat berikut ya :
1. "Agama seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian lihat siapa yang menjadi teman dekatnya" - HR. Abu Daud dan Tirmidzi.

2. "Dan ingatlah ketika orang-orang dzalim menggigit kedua tangannya seraya berkata; 'Aduhai kiranya dulu aku mengambil jalan bersama Rasul. Kecelakaan besar bagiku. Kiranya dulu aku tidak mengambil Fulan sebagai teman akrabku. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur'an sesudah Al Qur'an itu datang kepadaku'. Dan setan itu tidak mau menolong manusia" - QS. Al Furqan : 27-29

3. "Secara umum, hendaknya orang yang engkau pilih sebagai sahabat memiliki lima sifat berikut; orang yang berakal, memiliki akhlak yang baik, bukan orang fasik, bukan ahli bid'ah, dan bukan orang yang rakus akan dunia" - Mukhtasar Minhajul Qashidin 2/36.

Agama menyarankan kita untuk memilih teman yang sholeh-sholeha, agar kelak di akhirat dapat saling membela di hadapan Allah.

Ofi ada satu cerita lagi. Ini didapat dari akun askfm Wirda Mansur, putri dari Udz. Yusuf Mansur:

Sebut saja A. Ketika di akhirat, A bertanya,
A : Dimana kawan saya?
Allah : ia di neraka.
A : Ya Rabb, bagaimana bisa saya merasakan nikmatnya surga tanpa kawan saya? Saya ingin menikmati surga bersama kawan saya.
Allah : baiklah kalau begitu. Aku angkat dia dari neraka. Apapun untukmu, wahai hamba-Ku yang sholeh.

Buru-buru deh tuh cari teman yang Sholeh-sholeha hihihi.

So, yuk berteman sama orang sholeh-sholeha! Ofi juga sekarang selalu berdoa agar ditemukan dengan orang-orang sholeh-sholeha, agar Ofi juga bisa jadi lebih baik lagi. Enaknya punya teman sholeh, mereka memiliki adab menegur yang sangat lembut. Karena mereka paham bahwa menyakiti hanya akan melunturkan pahala dan menumpuk dosa.

Dan alhamdulillah, sekarang Ofi punya beberapa teman yang insya Allah sholeh-sholeha. Kalau kumpul yang diobrolin soal agama, bukan lagi soal dunia. Alhamdulillah, belajar lagi, lagi, dan lagi. Teman yang kalau Ofi lagi bingung, langsung nyuruh Ofi untuk istikharah, gak lagi deh ada temen yang bilang "pegangan" waktu dikeluhin bingung hehehe.

Mencari teman baik nan sholeh-sholeha memang sulit. Namun, menjadi yang baik dan sholeh-sholeha lebih sulit. Jadi, jangan terus mencari, ubah mindset yuk! Stop mencari tapi kita harus menjadi.

Ofi juga bukan teman yang baik. Sama sekali bukan. Masih banyak salah. Tapi, Ofi butuh teman yang baik, agar Ofi jadi baik. Bukan teman yang menyudutkan atau hanya menyindir setiap salah tanpa berbicara baik-baik dan sembunyi-sembunyi dengan temanmu. Menyebarkan hal yang buruk tentang temanmu, gak akan berpengaruh baik untukmu. Hanya akan membuat hatimu semakin kotor dengan prasangka-prasangka buruk :)

Oh iya, askfm sekarang tampilannya baru ya? Berhubung Ofi baru ganti template, jadi kolom askfm-nya hilang. Ofi udah coba cari cara agar dapat menambahkan widget askfm, tapi nihil. Askfm udah gak sediain widget untuk blog sepertinya :')

Jadiiii, kalau ada yang ingin dibahas, curhat, bertanya, atau apapun. Ofi welcome banget! Sebisa mungkin Ofi tampung. Insya Allah. Boleh tanya-tanya ke askfm atau chat via line : ofitritiaraaw.

Semoga apa yang Ofi tulis kali ini, bisa jadi pembelajaran buat Ofi dan teman-teman sekalian. Dan semoga Allah mempertemukan kita dengan orang-orang baik nan sholeh, agar dapat membimbing kita menjadi lebih baik lagi.

Have a great day, Fellas.

Wassalamu'alaikuum.

With love,
-Trirati-

.
.
.
.
.
Sumber :
- https://muslim.or.id/8879-pengaruh-teman-bergaul.html
- askfm : @wrdmnsr

Share:

3 komentar:

  1. Sorry kak boleh dihapus aja ga artikelnya? Gw sebagai yang diceritain sangat keberatan ada dari ceritanya tersebut.
    Disaranin better bikin artikel aja tentang memutuskan silaturahmi itu hukumnya apa. Thanks

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ambil pelajarannya aja ya, karena disini saya gak bercerita tentang kamu. Maaf kalaupun kamu tersinggung sama artikel ini, sila introspeksi diri dan jadikan ini pembelajaran. Artikel ini juga gak tertuju sama satu orang atau kelompok kok.

      Sekali lagi, ini bukan tentang kamu. Thank you :)

      Hapus
    2. Ambil pelajarannya aja ya, karena disini saya gak bercerita tentang kamu. Maaf kalaupun kamu tersinggung sama artikel ini, sila introspeksi diri dan jadikan ini pembelajaran. Artikel ini juga gak tertuju sama satu orang atau kelompok kok.

      Sekali lagi, ini bukan tentang kamu. Thank you :)

      Hapus