Senin, 16 Februari 2015

Surat Rindu untuk Bunda…

Dear Bundadari,

Assalamu'alaikum,

Apa kabarmu, Bun? Semoga Allah selalu memberi kesehatan dengan senyuman cantik yang menghiasi wajah "awet muda"-mu itu. Sudah lama rasanya kau dan aku terpisah oleh jauhnya jarak. Sudah cukup lama rasanya aku tak melihat langsung senyum peneduh hati milikmu. Sudah cukup lama lidah ini tak merasakan lezatnya masakanmu. Sudah cukup lama pula aku tak merasakan hangat pelukanmu. 

Bun, aku rindu…

Tak terasa air mata ini menitik satu-persatu tiap kali mengingatmu. Dan tanpa sengaja, aku memejamkan mata lalu terngiang lagu Hujan yang dilantunkan dengan syahdu oleh Opick dan Amanda. Ah, lagi-lagi air mata jatuh perlahan tanpa ku sadari. Jauh darimu adalah siksa dunia terberat bagiku, Bun…

Alhamdulillah…
Aku selalu bersyukur karena terlahir dari wanita kuat nan tegar sepertimu. Senyummu dikala rapuh adalah penguat terbesarku. Kau adalah wanita terhebat yang Allah beri untukku, Kakakku, dan Adik-adikku. Bun, kau paling hebat dari yang terhebat. Kau paling kuat dari yang terkuat. Kau pun rela melakukan apapun demi kami, anak-anakmu. Kau bahkan rela tak makan, tak tidur, dan melakukan hal yang menyakiti batinmu demi kami, anak-anakmu yang tak henti mengecewakanmu.

Maafkan kami yang terlewat sering membuatmu sedih, membuatmu marah, membuatmu merasa menjadi Bunda yang gagal. Maafkan kami yang terkadang membentakmu, mengecewakanmu, dan tak jarang membuatmu kehabisan air mata. Tapi percayalah Bun, kami amat sangat menyayangimu. 

Kurang lebih 9 bulan lamanya kau menimang ku dalam rahimmu. Membawa aku kemanapun kau pergi tanpa keluhan, bahkan kau selalu tersenyum dan mengusap ku dengan penuh kasih sayang. Ya, aku merasakannya, Bun. Kau telah mencintai ku walaupun kita belum bertemu.

Dan ketika aku lahir, tak henti kerepotan yang aku beri untukmu. Tak jarang aku membangunkan tidurmu dengan tangisan lapar. Kau kalahkan segala rasa lelah demi aku, demi timangan kasih sayang hingga aku terlelap kembali. Kau tak marah, justru kau menyunggingkan senyum tanda bahagia.

Ketika aku batita, lagi-lagi tak henti kerepotan yang aku beri untukmu. Aku yang ingin memamerkan bahwa bisa berjalan membuatmu lelah mengikuti kemana saja aku pergi. Khawatir aku terjatuh karena langkah yang masih tak seimbang. Tapi kau tak mengeluh. Lagi-lagi kau hanya menunjukkan senyum tanda bahagia.

Tak terhitung banyaknya kerepotan yang ku ciptakan untukmu. Namun kau selalu melakukan hal apapun untukku dengan senyuman.
Aku pun sadar, sampai nafas ini habis, sampai pernapasanku menolak oksigen untuk masuk kedalam rongga paru-paruku, sampai jantung ini tak berdenyut, sampai tubuh ini kaku tak bergerak, seberapa usahaku untuk membalas segala jasamu, tak akan pernah cukup, Bun. Dan tak akan ada yang bisa menandingi rasa cintamu padaku.

Cepatlah pulang, Bun.
Tak rindukah kau dengan kami -yang sering kau sebut malaikat-malaikat kecil-? Bosankah kau dengan segala kerepotan yang kami ciptakan? Jika iya, aku pastikan tak akan ada lagi hal-hal merepotkan yang memusingkanmu. 


Saat ini, tak ada lain yang kubutuhkan selain pelukanmu.
Cepatlah pulang, Bun.
Aku rindu...


With Love,
Your Little Angel <3
Share:

0 komentar:

Posting Komentar