Kamis, 23 Juli 2015

Ofilham's Trip - Bukit Moko, Bandung

Assalamu'alaikuum..

Hi! Aku punya cerita baru nih huehehe :3

Jadi, akhir-akhir ini memang sedang dihadiahi banyak "teguran" sama Allah. Jadi hampir tiap hari nangis terus :" Lalu, kebetulan waktu lagi sedih pas banget Masil ada di rumah. 

Terus dia bilang "yaudah jangan sedih. Hari Selasa jadiin ya ke Bandung. Biar kamu seneng". 

Aku cuma ngangguk. Sebelumnya memang ada rencana touring ke Bandung. Dan Alhamdulillah kali ini diizinin walaupun ada rencana untuk bermalam.

Hari H. Selasa, 21 Juli 2015.
Pagi, sekitar jam 6.15 Masil udah ada didepan rumah. Padahal yang dijemput masih bikin sarapan-_-

Singkat cerita, kami berangkat jam 7 karena habis waktu untuk siap-siap & sarapan. 

Dijalan, dasar memang "Wanita pemilik seribu kata" (re: bawel), jarak dari rumah ke Puncak Bogor yang notabene menghabiskan waktu 4 jam itu tak terasa karena bibir ini tak dapat berhenti bercerita haha :") Beruntungnya, Masil punya Intercom, jadi ngobrolnya gak perlu teriak-teriak. Wajar aja kan kalo aku kuat ngomong 4 jam? Wajar kan? Wajar kok haha.

Sampai Cibodas, kami berdua bertemu 2 orang teman Masil yang memang berangkat lebih dulu. Lalu perjalanan dilanjutkan hingga sampai di daerah Ciranjang sekitar jam 12.30. Kami berhenti sejenak, sekedar untuk ishoma (istirahat, sholat, makan). Lalu sekitar jam 14.00 kami lanjutkan perjalanan dengan petunjuk GPS muehehe.

Singkat cerita (lagi), kami sampai Bukit Moko Bandung sekitar jam 16.00. Perjalanan naik ke atas puncak adalah route paling penuh perjuangan :") Karena Masil pakai motor bebek, dengan muatan box yang cukup berat, alhasil gak kuat naik. Aku rela jalan yang penting sampe puncak :3

Sampai di parkiran motor pun, kami masih harus jalan untuk sampai ke puncak. Tujuan utama memang Bukit Moko. Tapi setelah kami lihat keatas, pemandangannya mungkin lebih jelas dilihat dari atas sana. Jadi, secara mendadak kami ubah tujuan utama menjadi Puncak Bintang. Pohon pinus yang berbaris amat sangat menyejukkan mata :3 Di Tangerang mana ada yang begini hehehe

Untuk menuju Puncak Bintang dari Bukit Moko, kami hanya harus melewati jalan setapak. Pemandangan di sebelah kanan ada hamparan sawah & pepohonan dengan struktur tanah menurun.



Lalu di sebelah kiri kami ada barisan kebun tomat. Fyi, dikebun ini menjual hasil tomat dengan cara pembeli yang memetik buah tomat sendiri, semacam self-service :))


Sampai di Puncak Bintang, kami harus membeli tiket di loket yang tersedia. 1 pengunjung dikenakan biaya 12rb. Setelah melewati loket, mata kami dimanjakan dengan barisan pohon pinus yang amat sangat menyejukan mata.



(*note : maaf ya fotonya kurang bagus. Maklum, photographer amatir :"))

Sampai hutan pinus, kami cuma sekedar foto-foto gak jelas & jalan-jalan aja sih. Menikmati setiap oksigen sejuk yang masuk ke rongga paru-paru kami.

Sampai waktu pukul 17.30. Aku udah sibuk cari spot untuk ambil foto sunset. Sebelum kami nekat berangkat kesini, kami sudah browsing tentang bukit moko & puncak bintang. Salah satu moment paling bagus untuk difoto ya sunset & sunrise. Jadi, dikarenakan naik ke puncak ini penuh perjuangan, gak mau buang moment sunset gitu aja.

Sambil tunggu awan berubah warna menjadi jingga, aku sama Masil cuma duduk sambil ngobrol-ngobrol kecil. Well, salah satu moment yang selalu aku rindukan. Membicarakan banyak hal dengannya. Entah ya, mungkin karena rasa sayang, jadi tiap deket Masil itu rasanya nyamaaaaaan banget. Apalagi ditambah pemandangan seindah ini. Berasa romantis aja gitu :3



Senja yang ditunggu pun tiba. Lampu-lampu rumah penduduk pun mulai terlihat. Mungkin karena keadaan yang cukup berkabut, jadi lampu-lampu rumah penduduk kurang jelas terlihat.

(Foto sunsetnya di upload ke instagram: @ofitritiaraaw ya:) )

Malam pun tiba. Pemandangan ternyata jauh lebih indah. Lampu dari rumah penduduk, kendaraan lalu-lalang, & kelap-kelip lampu kota adalah pemeran utamanya.


Aslinya jauh lebih indah :')

Semakin malam, semakin dingin. Tangan serasa kaku kedinginan._.

Seusai sholat, sekitar pukul 7 malam, kami memutuskan untuk turun. Tadinya, aku sama Masil mau mampir ke Cafe di Bukit Moko untuk ambil foto lagi. Aku juga punya cita-cita untuk ambil foto siluet bareng Masil dengan background kelap-kelip lampu kota, biar kekinian. Lumayan kan buat foto pas anniversary ke-5 di bulan depan. Biar kaya ABG :3
Tapi semuanya kandas. Temennya Masil udah ngajak pulang :') karena kami kesini berempat, mau gak mau pulang pun harus berempat. Judulnya juga touring sama temen, jadi ya gak boleh egois kan?

Akhirnya kami turun. Menyadari kalau disekitar puncak gak ada penginapan sampai masuk kota, kami memutuskan untuk cari penginapan di Cibodas. Aku pikir, ya gapapa. Mungkin aja paginya sebelum pulang bisa mampir Taman Bunga atau Kebun Teh dulu :3

Tapi sampai Cimahi, Masil tiba-tiba bilang "kalau kita lanjut pulang, kamu kuat gak ay?". 

Diem. Gak bisa jawab._.

Setelah hening beberapa saat aku pun balik bertanya "memang kamu gak capek? Kamu belum tidur dari jam 4 pagi tadi, loh". 

Tapi dia jawab gak capek. Rencananya, mau tidur dirumahku aja. Aku pikir yaudah deh hehe. Karena merasa gak terlalu capek, ya dilanjut aja.

Sekitar jam setengah 11 malam, kami sampai di Cianjur. Mampir beli bensin & istirahat sejenak. Udah mulai terasa capeknya :" Mungkin ini pertama kalinya aku gak "kenapa-napa" waktu naik motor jauh. Sebelumnya, pulang dari Ancol naik motor aja sampai rumah langsung sakit :") Alhamdulillah, akhirnya gak lagi ringkih hehe.

Perjalanan dilanjut. Dijalan, Masil udah berkali-kali suruh aku untuk tidur. Tapi kan kasian Masilnya nyetir sendiri. Aku tau sebenernya dia capek banget. Aku juga tau sebenernya dia ngantuk. Tapi dipaksa gitu :(

Tertidur. Sewaktu terbangun, ternyata udah sampai Puncak Pass. Dan terasa badan udah mau remuk. Punggung udah mulai pegel, kepala udah mulai sakit. Mau bilang cari penginepan aja, tapi gak enak sama temen-temennya Masil. Akhirnya cuma diem. Padahal sepanjang jalan Masil nanya "ada yang sakit gak ay?", "pusing ya?", "ay, capek gak?". Aku cuma bilang "sedikit kok". Kasian Masil, dia yang nyetir, dia yang capek, tapi dia gak ngeluh. Masa aku yang duduk aja dibelakangnya ngeluh terus-_- jadi ya cuma diem aja.

Kami pisah dengan 2 orang teman Masil. Mereka jalan lebih dulu. Dan kami tertinggal. Jadi, dari Puncak Pass kami hanya jalan berdua.

Sampai akhirnya, gak kuat. Sampai ditempat oleh-oleh & sesudah beli oleh-oleh untuk orang rumah, aku akhirnya bilang "ay, aku capek. Gak kuat. Kita nginep aja yuk. Tapi tanggung udah jam 1. Tanggung juga udah sampe Ciawi. Tapi gak kuat. Mau tiduran". Udah pengen nangis sebenernya hehe. Terus Masil bilang "aku juga pegel. Kita cari pom bensin ya? Bobo di musholah aja mau gak? Gapapa ya? Tanggung kalau dipenginapan". Aku cuma nganggung. Yang penting tiduran!

Gak jauh dari tempat oleh-oleh, ada pom bensin. Tapi, musholahnya lumayan ramai orang tidur-_- Mungkin pemudik kali ya.

Tempat sholat laki-laki ada di luar, terbuka. Tempat sholat perempuan ada didalam, lumayan tertutup. Sesudah wudhu, Masil kasih rompinya. Aku diam. Masil bilang "pake buat selimut. Kamu kedinginan kan?". Iya memang kedinginan banget :"

"Kamu gimana?" tanyaku. 

"Aku ada jaket" jawab Masil.

Padahal, aku pun pakai jaket. Tapi akhirnya aku ambil juga rompinya._.

Setelah sholat isya', aku hanya melepas mukena bagian atas. Bagian bawah tetap aku pakai agar kakiku tertutup. Tas kecil aku jadikan bantal. Lalu, rompi Masil aku jadikan selimut. Hangat :3
Aku tertidur cukup lelap. Sampai aku merasa ada getar dibagian kepalaku. Handphone!! Aku langsung terbangun & langsung ambil posisi duduk. Panik. Aku pikir, sudah jam 4 pagi, karena aku memang pasang alarm jam 4. Tapi ternyata missed call dari Masil. 3 missed call. Dan waktu sudah pukul jam 3.45. Dasar kebo-_-

Pas ketemu Masil, dia bilang "enak ya tidurnya? Hehe". 

Aku cuma nyengir :3 Lalu dia lanjut bilang "aku gak bisa tidur". 

"Kenapa?" tanyaku. 

"Dingin banget" jawabnya.

Yah kan, jadi merasa bersalah. Dia rela tidur kedinginan di tempat terbuka. Ya ampun :')

Kami lanjutkan perjalanan kami. Aku masih ngantuk, tapi gak mau tidur lagi. Kasian Masilnya sendirian. Tapi masih sempat tidur sebentar-sebentar sih-_-

Singkat cerita, kami sampai rumahku jam 6 pagi. Kami bersih-bersih & langsung tidur. Eits, jangan negative thinking dulu ya, Masil tidur dikamar Kakakku kok hehe.

Sewaktu kami bangun, kami lihat-lihat foto. Ada sedikit raut kecewa. Fotoku & Masil cuma sedikit. Bahkan mungkin sangat sedikit. Berbeda ketika kami ke Ancol, handphoneku penuh dengan wajah kami berdua. Tapi kali ini, hhhh....

"Lain kali, perginya berdua aja deh, Yang. Kalo ajak temen tuh gitu, gak enak. Gak bebas waktu & gak bebas foto. Yang satu mau kesana, yang lain mau kesini. Susah satuin kepala. Kalo kita pergi berdua kan enak, terserah mau pulang atau nginep, terserah mau pulang jam berapa. Kita juga bebas foto" ucao Masil sembari melihat foto-foto kami, aku sempat terdiam.

"Lain kali aku juga gak mau kaya semalam. Kamu paksain lanjut pulang. Aku tau kamu pasti capek banget walaupun kamu bilang enggak. Jangan gitu, kalo capek ya berhenti. Toh, aku udah diizinin buat nginep kok" ucapku kemudian. Membuat Masil terdiam sejenak, lalu mengangguk.

Tapi kalau boleh jujur, ini salah satu liburan aku & Masil yang membahagiakan. Sebelumnya, izin ke Puncak sama Masil aja gak diizinin sama Mama. Tapi, sekarang dikasih izin. 

Lalu, yang paling membahagiakan adalah, aku sekarang yakin kalau Masil serius sayang. Dari awal harus bangun lebih pagi & harus jemput aku pagi-pagi, nyetir motor segitu jauhnya sendiri, sampai rela gak bisa tidur kedinginan, semuanya cuma karena mau aku senang. Aku pikir, sayangnya Masil ke aku cuma sekedar sayang biasa, tapi ternyata enggak :')

Masil kemarin sempat bilang "mungkin aku gak kaya cowo lain yang bisa ungkapin sayang pake kata-kata romantis. Aku cuma bisa lakuin apa yang mungkin bikin kamu seneng". Lagi-lagi aku bersyukur gak salah pilih pasangan :')

Nyatanya, Masil selalu ada. Dia memang gak pernah janji untuk selalu ada, tapi justru dia yang selalu ada. Apalagi waktu sedih :') Mungkin dia satu-satunya orang setelah Mama yang tau waktu aku sedih, sakit, seneng tanpa harus cerita. 

Well, terima kasih ice cream rasa coklat (re: manis). Terima kasih untuk selalu ada. Terima kasih untuk tak banyak janji manis. Terima kasih untuk selalu lakuin hal aneh. Terima kasih untuk selalu mau lakuin banyak hal & bikin aku senang. Terima kasih udah mau sayang sama wanita aneh ini. Terima kasih untuk kesetiaan kamu selama ini. Terima kasih untuk gak gampang bilang "pisah" sampai kita bisa selama ini. Terima kasih untuk tidak bersikap romantis namun selalu besikap manis. Terima kasih ya Buncitku yang ganteng :'D

Namamu tak aku hadirkan dalam sholat istikharahku, karena kamu bukan pilihan. Namun, namamu selalu hadir dalam sholat hajadku, karena kamu adalah permintaan.

Semoga gak akan ada yang berubah dari kami berdua. Tetap seperti ini sampai kapanpun. Tetap jadi "Ay"-ku.  Dan semoga, cepet-cepet halal ya! Biar bisa touring tiap bulan :'p

Bonus: 
Ini aku ketik dari aplikasi blog di handphone. Jadi maaf kalau format foto & textnya 'agak' berantakan.

Well, kalau ada yang mau ditanyakan seputar Bukit Moko, Puncak Bintang, atau apapun yang mau ditanyakan, monggo ke kolom ask.fm yang ada disebelah kiri (hanya bisa diakses dengan tampilan web). Insya Allah aku jawab secepat mungkin.

Terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca cerita gak jelas ini.

Wassalamu'alaikum..

- Trirati -



Share:

0 komentar:

Posting Komentar